The Another Stories

Everything is Possible, Nothing is Impossible

Rainy..The Rain & My Dewy Heart

Well, the rain still romp to sweeping the earth who as soon as possible meet one's fate. Like this heart that has not been sapless because the sun would never leave just a second to shine the world. For what? Oh, I guess not. What are you looking for from the sun? Slowly but surely eroding north and south pole. I called it the polar, for my heart whose kept melting when the sun leer or carve on the ice. So, Who am I, If the polar is my heart? I am The Cloud, the stars and the moon are my best friend. Bitter is my way and grinned is my behaviour. Hoping could layover in The Sun's heart who doesn't showing what and who is he.

He is the right sun in matchless hesitation. I express it and I write closely on the Pole. Till I found another 'Sun' who called Pluto. I found him out of nowhere, so this 'Pole's heart' seemed melting though I've never met him before like me with The Sun. Pluto who always makes this Pole shaky to rise up or die altogether. Pluto is the reason to destroyed my empire. Pluto and Pluto that could make me on the verge of anger. Pluto and Pluto that could make me in amusement.

am I shillyshally? I guess yeah. The sun is still take control of the Pole, but what can Pluto do? Because he is invisible. I and I who put the bolt on both. They both don't know what and who I am. Though I've ever spoke with the Sun in front of the gate of my throne.

Hujan..Hujan & Hatiku yang Basah

Well, hujan masih berkejar-kejaran menyapu permukaan Bumi yang tinggal menghitung detik menemui akhirnya. Layak hati ini yang belum kering karena sinar matahari yang tak pernah rela menyisihkan seperdetik masa kerjanya di Bumi untuk mengeringkan hatiku. Cari apa? Oh, bukan sepertinya. Apa yang di cari dari matahari yang perlahan mengikis kutub utara dan kutub selatan perlahan tapi pasti. Aku sebut kutub, ya untuk hatiku yang terus mencair kala sang matahari melirik atau mengukir pada bongkahan esnya. Lalu apa aku, jika kutub adalah hatiku? Aku awan, berteman dengan bintang dan bulan. Pahit adalah jalanku dan meringis adalah tabiatku. Berharap bisa singgah pada hati matahari yang tak kunjung menampakkan siapa dan apa dirinya. Terbalik, malah aku yang terpaku karena dia menancapkan jangkar pesonanya ke bebatuan hatiku.

Dia matahari formal dalam ukuran kebimbangan tiada tara dan arah. Aku menyataknnya dan ku tulis lekat-lekat pada kutub. Sampai aku menemukan 'matahari' lainnya yang boleh disebut Pluto. Ku temukan dia entah dari mana, hingga kutub hati ini rasanya meleleh meski tak pernah bertatap layak aku dan matahari. Pluto yang selalu membuat kutub ini goyah akan bangkit atau mati sekalian. Pluto yang menjadi alasan untuk melenyapkan kerajaanku. Pluto dan Pluto yang bisa membuatku berada di ambang kemarahan. Pluto dan Pluto yang bisa membuatku berada dalam kegelian.

Aku bimbang? Kukira begitu. Matahari yang masih menguasai kutub, sedang apa yang dapat Pluto perbuat? karena dia entah dimana. Aku dan aku yang menggantungkan palang pada keduanya. Keduanya yang tak tahu siapa dan apa aku. Meski pernah sesekali berbicara dengan Matahari di depan gerbang singgasanaku.